Nasib Pilu Kakek 85 Tahun : Bertahan Hidup di Gubuk Reyot
SAMPANG, Digitalpena.com || Di tengah kemajuan pembangunan kota, masih ada kisah memilukan yang tersembunyi di sudut-sudut wilayah. Seorang kakek berusia 85 tahun, Pak Sahid, harus menjalani sisa hidupnya di sebuah gubuk reyot yang nyaris roboh di Dusun Pang Batas, Desa Plampaan, Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang Madura.
Gubuk yang menjadi tempat tinggal Pak Sahid tidak layak huni. Dindingnya terbuat dari bambu yang sudah lapuk, atapnya bocor di sana-sini, dan lantainya hanya berupa tanah.
Tak hanya dirumah pak Sahid Tidak ada fasilitas dasar, dalam kondisi serba kekurangan ini, aliran listrik dan air hanya mengandalkan bantuan atau uluran tangan dari tetangga yang tidak jauh dari rumahnya.
“Pak Sahid ini belum pernah menikah sampai saat ini, sudah lama tinggal di gubuk reyot tak layak huni, Kami, warga sekitar, berusaha sebisa mungkin membantu beliau,” ujar salah satu tetangganya dan tetangga lainnya bergantian mengirimkan makanan dan kebutuhan pokok untuk Pak Sahid.
Keadaan kesehatan Pak Sahid pun mulai menurun seiring bertambahnya usia dan kondisi tempat tinggal yang tidak layak.
Sementara Pak Sahid saat di wawancara awak media menyampaikan sendirinya tetap tabah dan bersyukur meskipun kehidupan nya serba kekurangan dan mengucapkan terima kasih atas bantuan yang di berikan oleh tetangga sekitarnya.
“Saya berterima kasih sekali kepada tetangga-tetangga saya yang sudah seperti keluarga sendiri. Tanpa mereka, saya tidak tahu bagaimana bisa bertahan,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Pak Sahid mengaku bahwa dirinya mendapatkan bantuan dari pemerintah desa mulai dari uang tunai maupun bantuan pangan non tunai berupa beras, namun bantuan itu tidak mampu mencukupi kehidupannya.
“Saya berharap ada perhatian dari pemerintah atau pihak dermawan yang bersedia membantu mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang memadai,” pungkasnya
Perlu diketahui Segenap warga desa juga berharap, kisah Pak Sahid dapat menggerakkan hati banyak orang untuk lebih peduli terhadap sesama yang membutuhkan seperti pak Sahid.
Dan pak Sahid ini empat bersaudara namun, ke empatnya juga mengalami serba kekurangan dan sudah mempunyai kehidupan masing-masing. (JZ)